Sabtu, 14 Agustus 2010

Kisah dia yang ingin ku panggil SAHABAT

Kamis 12/08/2010 11:17
Menulis itu dipengaruhi hati. Ketika kita lagi sedih, pasti bawaannya nulis yang sengsara2 gt, entah di blog, status fesbuk, twitter, ato jejaring sosial yg lain. Nah begitu juga saya pada siang hari ini. Beberapa hari ini saya sedang memikirkan orang ini,menangisi orang ini dan memiliki sejuta perasaan tentang orang ini. Bukan Cuma hari ini sih, sudah dari beberapa bulan yang lalu. Saya runtut kejadiannya menurut versi saya.
Menulis adalah salah satu hobby saya. Saya lebih memilih menulis dari pada harus membaca. Menulis bisa mengungkapkan segala yang ada dihati saya. Suatu hari saya menulis tentang sesuatu yang selama ini saya pikirkan. Yang saya kurang suka, y pokoknya banyak lah. Saya post kan ke catatan di facebook. Saya tag beberapa teman saya. Responnya macam2, ada yang suka, ada juga yang tdk sependapat. Banyak yang ngajak ribut malah. Nah salah satu teman saya, yang akan saya bahas dalam posting kali ini, termaasuk dalam golongan yang tidak menyetujui tulisan saya tersebut.ya tak kira dia hanya tidak setuju, dan sudah habis perkara. Hari berganti hari, bukannya reda itu kasus, malah semakin menjadi-jadi. Teman saya tersebut membuat catatan facebook yang isinya bertentangan dengan apa yang saya tulis. Semua point yang saya tulis, ditulis lagi oleh dia dengan sisi yg lain yang berlawanan. Nama sayas juga dicantumkan di notes tersebut. Semua comment yang ada setuju dengan apa yang dia tulis, tanpa mereka baca punya saya. Betapa marah dan jengkel nya saya pada saat itu, saya hanya bisa diam menangis menerima perlakuan dia. Saat saya comment di statusnya, dia hanya bilang, “halah, Cuma becanda koq win, jangan dibawa serius” . pikir dong, saya sudah dibikin malu habis-habisan di notes dia. Semenjak saat itu memang saya sedikit sakit hati, tp saya hanya diam saja. Di kampus pun dia bersikap biasa saja, seperti tidak melakukan sesuatu yang membuat hati saya sakit teriris-iris.
Sms pun sudah mulai jarang. Masalah kuliah, KRS, tugas, atau belajar bersama, dy sekarang ga pernah bilang. Memang saya berusaha menjauh karena saya tidak mau sakit hati. Dulunya kami sering bermain dan belajar bersama berlima, namun sekarang mereka ditambah laki-laki dikelas masih sering belajar bersama, tanpa melibatkan saya. Sakit? Pasti. Dari awal kuliah mereka lah yang saya anggap keluarga yang bisa saya ajak ketawa, belajar, curhat, dan lain sebagainya. Namun keadaan berkata lain. Mungkin saya harus bisa bersosialisasi dengan orang lain, yang lebih mengerti saya. Alhamdulillah saya masih bisa memiliki sahabat-sahabat yang luar biasa baik, lebih dari mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar